Mentok adalah kota kecamatan, ibu kota Kabupaten Bangka Barat. Sebuah kota pelabuhan yang memiliki sejarah yang cukup panjang di Pulau Bangka. Kota ini dibangun oleh Kesultanan Palembang, Sultan Mahmud Jayawikrama/Sultan Mahmud Badaruddin I (1721-1756 Masehi), pada tahun 1734 Masehi sebagai tempat eksplorasi tambang timah. Mengingat hasil penambangan yang menjanjikan, didatangkanlah orang-orang Cina, Siam, Kamboja, dan Siantan.
Pada tahun 1811 Inggris mengantikan kedudukan Belanda di Palembang dan pasukan Inggris pun pernah ditempatkan di Mentok dan mendirikan gudang senjata yang dikenal dengan sebutan Gudang Kuning. Perjanjian Tuntang 1816 mengembalikan kedudukan Belanda atas Bangka dan perkembangan di Mentok semakin jelas dipengaruhi oleh sentuhan Belanda. Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan seperti Hoofdbureau Banka TinWinning (kantor penambangan timah sekaligus pusat pemerintahan) serta Ujung Brug, jembatan panjang ke arah laut untuk memudahkan aktivitas di pelabuhan Mentok. Sebagai kota pelabuhan utama di Pulau Bangka pada zaman dahulu, dimana lada putih dan timah diangkut lalu dikirim ke negara-negara Eropa melalui Pelabuhan Mentok. Kesohoran Mentok sendiri dibuktikan dengan terdaftarnya nama Mentok di “London Metal Exchange” (LME) sebagai salah satu brand logam timah yang dipasarkan di pasar logam dunia. Dalam perkembangannya pemerintahan Hindia Belanda di Mentok membagi klaster pemukiman masyarakat dalam 3 klaster yakni Klaster Cina yang berada ditengah kota (pasar), Klaster Melayu di Kampung Tanjung, Kampung Teluk Rubiah serta Kampung Ulu dan Klaster Eropa yang berada di bagian sebelah utara kedua pemukiman tersebut dan berfungsi sebagai pusat pemerintahan, fasilitas umum dan tempat tinggal golongan Eropa. Setelah itu kota ini berkembang sebagai tempat tujuan perdagangan dan persinggahan kapalkapal yang melewati dan menuju Selat Bangka dan perairan Laut Cina Selatan. Dukungan posisi kota Mentok yang strategis sebagai pintu gerbang Pulau Bangka juga keberadaannya di antara Selat Malaka dan Laut Jawa menjadi faktor utama jalur pelayaran. Mata pencaharian penduduk tersebar di berbagai kegiatan pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, perdagangan barang dan jasa, serta pegawai negeri, BUMN dan swasta. Mayoritas penduduk adalah Suku Melayu, keturunan Cina Hakka, dan sejumlah kecil keturunan Arab, Bugis, Jawa dan Batak. Dengan peninggalan sejarah yang ada, tidak berlebihan jika menyebut Mentok sebagai salah satu kota sejarah yang ada di Indonesia. Kota yang mencanangkan dirinya menjadi kota pusaka ini sedang terus mengembangkan diri menjadi daerah tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara.